Saturday, May 2, 2020

Mengapa Harus Belajar Parenting Bahkan Sebelum Menikah?

Mendengar kata menikah tentunya yang terbayangkan adalah kebahagiaan dan hal-hal manis yang akan terjadi ketika dua insan manusia akhirnya dipersatukan. Namun, sayangnya gambaran ini terlalu dangkal jika dimaknai begitu saja. Menikah sejatinya adalah sebuah momen sakral di mana nantinya peradaban bermula dari anak-anak yang lahir. Inilah pentingnya ilmu parenting. 
Tak heran, banyak pasangan yang akhirnya terkejut ketika memiliki anak karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kurangnya pemahaman mengenai ilmu parenting dapat menjadi faktor utama dalam hal ini. Padahal, kita tahu bahwa ilmu ini tidak dapat dipelajari dalam sehari semalam saja. Butuh waktu dan proses yang panjang dalam mempelajari hingga mempraktikkannya. Maka dari itu, untuk kamu yang masih sendiri, daripada menggalau karena belum menemukan belahan hati, mulailah membekali diri dengan ilmu parenting.
Sahabat Ublik, status single sebenarnya bukanlah kondisi yang memalukan, karena mereka yang masih sendiri tentunya memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk mempersiapkan diri menjadi suami/istri dan orang tua yang baik untuk keluarga mereka nanti. Kesempatan belajar parenting pun hendaknya dimanfaatkan di masa-masa ini. Selain untuk persiapan, terdapat beberapa alasan lainnya yang bisa menguatkan sahabat Ublik untuk semangat belajar ilmu parenting.

1.Menjadi Orang Tua Tidak Bisa Dadakan

Faktor utama yang dapat menguatkanmu untuk belajar mendidik anak adalah kesadaran bahwa menjadi orang tua bukanlah sebuah proses yang tiba-tiba. Masa kehamilan 9 bulan merupakan waktu tersingkat yang dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan diri sebagai orang tua bagi pasangan suami istri. Sebelum itu, tentu lebih banyak waktu yang dapat digunakan dalam mempelajari ilmu pengasuhan anak.
Banyak kasus di mana anak-anak menjadi sangat sulit diatur karena kesalahan pola asuh. Hal ini bukanlah kesalahan dari sang anak yang dikira memang sifatnya seperti itu. Peran orang tua dalam mendidik anak sejak ia lahirlah yang menjadi faktor penentu kepribadian anak ke depannya. Dengan mempelajari ilmu parenting sejak dini, tentu ketika menemukan kondisi yang sulit pada anak, ada solusi yang dapat dilakukan ketika telah mengetahui ilmu parenting.
Sebagai contoh, saat anak berumur 2 tahun dan tiba-tiba saja ia memberontak, bagi yang tidak memiliki ilmu tentang mendidik anak pastilah akan memilih untuk memarahi si anak ataupun menggunakan kekerasan untuk meredakannya. Padahal jika dipelajari, sikap emosional anak pada saat umur tersebut merupakanlah hal wajar, di mana kondisi tersebut disebut dengan tantrum. Bagi orang tua yang telah memahami ilmu tersebut, akan lebih bijak dalam menghadapi tantrum anak dan memperlakukannya sesuai kondisinya saat itu. Harapannya, ketika anak diperlakukan sesuai dengan usia dan kondisinya, anak akan tumbuh dengan baik dan sesuai dengan fase yang ia alami.

2. Belajar Parenting Bisa dari Mana Saja

Di zaman yang serba mudah ini, tentu mempelajari ilmu parenting bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memperoleh ilmu tersebut, mulai dari mengikuti seminar parenting, sekolah parenting, dan membaca buku-buku parenting yang dapat dilakukan baik secara daring ataupun langsung. Jika alasan tidak mau belajar ilmu parenting karena malu, sebaiknya hal tersebut diurungkan karena untuk menyiapkan masa depan mengapa harus malu?
Selain dari berbagai sumber tersebut, belajar parenting dari orang tua kita sendiri ataupun tokoh inspirasi lainnya juga dapat dijadikan referensi. Namun, hal yang perlu diingat, setiap anak tidaklah sama. Setiap pendidikan yang diterapkan akan berbeda hasilnya. Maka dari itu, sebagai calon orang tua nantinya, kamu harus memilih dengan bijak metode pendidikan seperti apakah yang sesuai untuk kamu. Misalnya, jika dulu kamu tidak suka dimarahi dengan cara dibentak oleh orang tuamu, maka jika nanti kamu menghadapi anak, janganlah berbuat seperti itu. Bukankah kamu akan diperlakukan sebagaimana kamu memperlakukan orang lain?

3. Ilmu Parenting Bukan Hanya untuk Perempuan

Seperti namanya, parenting merupakan sebuah proses pembelajaran pengasuhan dalam interaksi orang tua dan anak. Orang tua di sini bukanlah hanya peran seorang ibu saja, namun juga keterlibatan sang ayah. Pandangan seorang ayah hanya bertugas sebagai pencari nafkah dan ibu yang mengurus anak sebaiknya diperbaiki, karena peran ayah dalam pengasuhan anak juga dapat memberikan dampak positif pada perkembangan anak.
Salah satunya adalah karena sifat ayah yang cenderung melakukan permainan one-on-one, walaupun terlihat keras dan ‘kasar’, permainan seperti ini dapat mendukung perkembangan motorik anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai hal dari tubuh mereka. Emosi anak pun saat melakukan permainan tersebut dapat diatur dalam interaksi fisik impulsif (Rosenberg & Wilcox, 2006).

4. Menemukan Calon Ayah/Ibu bagi Anak

Walaupun belum memiliki pasangan, salah satu alasan yang dapat membuat sahabat Ublik untuk semangat belajar parenting adalah dapat menemukan calon ayah/ibu bagi anak. Dalam hal ini, berbekal ilmu pengasuhan anak, secara tidak langsung kamu akan mencari pasangan yang tidak hanya bersedia menjadi suami/istri namun juga ayah/ibu bagi anak-anakmu nantinya.
Ketika kamu menikah dengan seseorang yang bersedia menjadi ayah/ibu dari anak-anakmu, maka tanggung jawab dalam membagi pola asuh anak pun dapat terbagi dengan baik. Hal-hal berupa metode pengasuhan apa yang ingin diterapkan hingga karakter anak seperti apa yang ingin dibentuk, dapat didiskusikan bersama jika kamu menemukan sosok ayah/ibu dari pasanganmu nanti.
Jika diibaratkan, seorang anak bagaikan sebuah kanvas putih, maka carilah pasangan yang nantinya dapat melukis di kanvas itu bersamamu.

5. Parenting Bukan Hanya kepada Anakmu

Meskipun pilihan untuk memiliki anak merupakan hak bagi setiap pasangan, namun bukan berarti ilmu parenting bisa diabaikan begitu saja. Bagi kamu yang masih sendiri pun, alasan belum memiliki anak juga bukan penghalang untuk mempelajari ilmu parenting saat ini. Pada dasarnya, pemahaman mengenai pengasuhan anak ini haruslah diketahui oleh semua orang, terutama bagi mereka yang telah melewati masa pubertas.
Makna anak-anak sendiri adalah mereka yang belum mengalami pubertas. Maka, walaupun bukan anak sendiri, saudaramu, keponakanmu, anak tetanggamu sampai anak-anak yang berada di sekitarmu, semuanya masih membutuhkan pengasuhan orang tua. Dengan belajar parenting, maka kamu dapat mulai mempraktikkannya kepada anak-anak di sekitarmu. Anggap saja hal tersebut dilakukan sebagai persiapan jika nanti kamu memiliki anak sendiri. Tidak ada salahnya mencoba bukan?
Bagaimana Sahabat Ublik? Setelah membaca 5 alasan di atas apakah kamu semakin semangat untuk mulai belajar parenting atau justru malah semakin galau untuk mempelajarinya?


Apapun pilihanmu nanti, yang terpenting adalah semangat belajar yang terus ada dalam diri. Anak merupakan amanah dari Tuhan kepada para orang tua. Harapannya, anak-anak yang lahir nantinya dapat menjadi generasi penerus yang baik bagi negeri ini. Maka dari itu, walaupun belum menikah, mempersiapkan diri untuk menerima amanah tersebut nantinya merupakan sebuah pilihan bijak yang dapat dilakukan. Selamat mempersiapkan diri Sahabat!
Kami rekomendasikan Blog Parenting Indonesia, yang akan menghadirkan informasi mengenai parenting dan pengasuhan. 
Silahkan kunjungi  https://papamengasuh.id/ 

Friday, April 10, 2020

4 Tips dan Cara Merawat Tumbler Dengan Baik

4 Tips dan Cara Merawat Tumbler Dengan Baik - Tumbler umumnya berupa botol yang berbahan plastik ataupun stainless. Botol ini umumnya dipakai buat bawa minuman ke kantor, sekolah ataupun bepergian jauh. Tumbler mempunyai bahan yang sesuai dengan minuman yang dingin ataupun panas.

Oleh sebab itu, supaya tumbler dapat dipakai lebih lama, hingga butuh dicoba perawatan.

4 Tips dan Cara Merawat Tumbler Dengan Baik


Salah satunya, teratur membersihkannya.

Tetapi mensterilkan tumbler wajib dicoba dengan benar. Dikutip Arctic tumbler berikut metode mensterilkan tumbler:

1. Mencucinya dengan tangan

Pakai soda kue serta cuka putih buat mensterilkan bagian dalam tumbler. Jadi gabungkan sebanyak 2 sendok makan serta cuka putih sebanyak 2 gelas ke dalam salah satu wadah. Masukan dengan hati- hati kombinasi bahan itu ke dalam tumbler, tuangkan hingga penuhi gelas ataupun botol. Kemudian diamkan dekat 5 menit. Bila bercak tidak lenyap sehabis digosok ringan dengan gosok non- logam, hingga bilas serta ulangi lagi. Harap dicatat kalau tumbler tidak nyaman dicuci dengan mesin mencuci piring. Tutupnya bisa jadi nyaman buat mesin mencuci piring di rak sangat atas, namun gelasnya sendiri jangan.

2. Jangan pakai bleaching rumah tangga

Ini spesial buat tumbler berbahan stainless. Baja tahan karat yang digunakan dalam tumbler cuma sebanyak 18 persen chromium, jadi cuci gelas Kamu secara tidak terencana dengan bleaching sekali ataupun 2 kali tidak hendak lumayan buat menimbulkan karat, namun tiap kali stainless steel terserang bleaching, dia terus menjadi lemah serta terus menjadi berkarat.

4 Tips dan Cara Merawat Tumbler Dengan Baik
4 Tips dan Cara Merawat Tumbler Dengan Baik


3. Pakai kuas
Logam pada tumbler Wol baja sangat luar biasa dalam perihal mensterilkan gelas, namun apabila digunakan pada stainless steel, wol dapat tergores. Goresan- goresan itu setelah itu jadi magnet bercak di mana sisa kopi tidak dapat digosok, mencemari aroma minuman apa juga yang Kamu masukkan ke dalam gelas. Bukan cuma itu, namun guratan itu pula dapat menciptakan karat dari waktu ke waktu, membuat gelas Kamu nampak serta terasa tidak lezat. Alih- alih memakai logam apa juga, hendaknya pakai gosok plastik ataupun spons kaku buat mensterilkan gelas Kamu.

4. Cuci dengan Air panas
Dikutip Business Insider cuci tumbler lumayan dengan air panas, sabun, serta handuk kertas. Air panas paling tidak bisa menewaskan serta mengusir kuman- kuman yang melekat di dinding- dinding tumbler Kamu.

Bagi teman-teman yang membutuhkan info tentang souvenir tumbler murah, bisa mencari di beberapa market place yang terpercaya.